Jika para syuhada bangsa Palestina adalah korban dari perang-perang yang berkecamuk dengan penjajah Israel, maka tawanan adalah saksi hidup dalam konflik tersebut. Semua warga Palestina sepakat harus ada langkah darurat upaya dengan berbagai macam cara membebaskan mereka.
Para pengamat urusan tawanan Palestina menegaskan dalam laporannya di Quds Press, Hari Tawanan Palestina yang diperingati 17 April merupakan peluang dan kesempatan untuk memperbarui dan mengevaluasi sikap Palestina faksi-faksi dan Otoritas pemerintah serta kekuatan yang ada sejauh mana peran riil mereka terhadap urusan tawanan Palestina. Terutama karena tawanan yang masih ditahan di Israel dalam menghabiskan sebagian besar usia mudanya di penjara. Sementara nasib mereka masih remang-remang terkait.
Persoalan paling penting adalah apa yang sudah dilakukan oleh Otoritas Palestina dalam upaya membebaskan tawanan Palestina. Sementara sebagian tawanan Palestina sudah lebih dari 30 tahun mendekam di penjara Israel.
Diplomasi Palestina Gagal Bebaskan Tawanan Palestina
Salah satu elit gerakan Hamas, yang pernah menjabat menteri urusan tawanan Palestina Washfi Qabha pemerintah Palestina yang ke-10 menegaskan, persoalan tawanan Palestina adalah nurani hidup bangsa Palestina dan pembebasan mereka adalah hal yang wajib. Sangat menyakitkan apabila Israel menghabisi puluhan tahun usia Pemuda Palestina dalam penjara di depan mata kita sementara tidak ada satupun yang bergerak membebaskannya.
Mantan menteri urusan tawanan ini meminta kepada seluruh bangsa Palestina untuk bekerja dan berusaha untuk membebaskan mereka. Ia menilai peringatan Hari tawanan Palestina adalah stasiun penting bagi faksi-faksi Palestina untuk mengevaluasi diri apa yang sudah diberikan oleh mereka kepada bangsa pasti kepada tawanan Palestina dan memulai program baru kerja yang berkesinambungan serta efektif demi pembebasan mereka.
Dia menegaskan, tidak masuk akal apabila jasad tawanan Palestina dibiarkan begitu saja sementara mereka telah memberikan usia muda mereka untuk perjuangan Palestina dan kini mereka berada di balik jeruji besi dan beton kungkungan penjajah kungkungan Israel yang bisu. Penjara itu telah berubah menjadi kuburan massal hidup bagi warga Palestina.
Ia menyatakan, perlawanan Palestina memberikan harapan bagi bangsa Palestina seperti yang sudah mereka karena selama ini merekalah yang mampu meneken kesepakatan pertukaran tawanan dengan Israel.
Otoritas
Palestina yang belum memenuhi harapan. Ia meminta agar agenda utama perundingan dengan
dibebaskannya
seluruh tawanan Palestina. Tetapi selama ini Otoritas Palestina
yang mengandalkan perundingan dengan Israel masih gagal. Bahkan Otoritas Palestina tidak pernah berhasil membawa persoalan tawanan Palestina ke forum-forum internasional dan lembaga-lembaga penegak hukum.
Qabhah menegaskan diplomasi Palestina gagal menjadikan tawanan Palestina sebagai persoalan nurani dunia internasional.
Oslo Mendhalimi Tawanan Palestina
Ketua Badan Eksekutif urusan tawanan Amin Soman menegaskan Hari Tawanan Palestina adalah hari nasional yang istimewa yang merupakan peluang untuk memberikan perhatian terhadap derita tawanan Palestina dan menggulirkan kembali bola isu ini kelapa ke masyarakat internasional. Sebab masih ada 7000 warga Palestina yang hidup di balik jeruji besi. Soman menegaskan, kesepakatan Oslo selama ini telah mendhalimi tawanan Palestina, terutama tawanan senior yang seharusnya mereka dibebaskan sesuai dengan poin kesepakatan Oslo. Israel menolak pembebasan tawanan warga Palestina jajahan 48.
Ini dilakukan Israel sebagai bagian dari politik balas dendam untuk menunjukkan kekejaman Israel. Pakar hukum Palestina ini menegaskan, harapan pembebasan Palestina muncul dalam bentuk upaya pertukaran tawanan yang disebutnya sarana paling efektif dan paling dekat untuk bisa membebaskan warga Palestina.
Penyanderaan Pasukan Israel
Di sisi lain pengamat politik Abdus Sattar Qosim menegaskan gerakan Hamas merupakan satu-satunya gerakan yang mengembangkan strategi – selama beberapa tahun belakangan – untuk membebaskan tawanan Palestina dari penjara Israel. Strategi mereka adalah penyanderaan serdadu Israel untuk kemudian ditukarkan dengan tawanan Palestina.
Kepada Quds Press, Abdussatar menegaskan, tidak ada sarana paling manjur dan efektif untuk membebaskan ribuan tawanan Palestina kecuali dengan pertukaran tawanan. Pengalaman perundingan sudah membuktikan kegagalannya dalam membebaskan tawanan Palestina. Selama tidak ada satu kesepakatan satupun dari perundingan yang bisa membebaskan tawanan Palestina sejak Yasser Arafat hingga saat ini.
Sementara itu eks tawanan Palestina asal Hebron, Sufyan Jumjum, salah satu tawanan Palestina yang selama 20 tahun merasakan derita di penjara Israel menegaskan, dirinya harus menempuh jalur hukum untuk memperoleh haknya berupa jatah bulanan sebagaimana tawanan-tawanan lainnya setelah berusaha melakukan usaha mendekati seluruh lembaga-lembaga resmi dan lembaga HAM akan tetapi itu tidak berguna.
Mereka tidak mendapatkan jatah itu memang disengaja oleh Otoritas Palestina. Sebab sebagian besar tawanan tersebut berasal dari Hamas yang gaji mereka diputus dengan alasan gerakan ini illegal.
Bahkan selama lima tahun terakhir, Jumjum bersama keluarganya menjadi korban penangkapan Israel dan pengejaran dari Otoritas Palestina. Dia terpaksa menjadi menjadi duta produk penjualan selama berjam-jam untuk mendapatkan sepotong roti untuk anak-anaknya. “Ada teman yang mendapatkan gaji bulanan lebih dari 2000 dolar karena dia bukan dari Hamas,” sungguh miris. (at/infopalestina)